Kelurga Singkat Di Pesisir Barat


 Ketika malam menyapa sunyi begitu terasa, suara daun kering yang berjatuhanpun terdengar oleh telinga, hembusan angin malampun sudah tidak di rasa.

Terik matahari menjerit di antara awan yang membentang di seluruh alampun tak terhiraukan, semua yang menghampiri terasa hampa dan tiada ketenangan di dalam jiwa hanya menanti waktu dan tanggal dimana terpisah dari keluarga, tetangga yang sering menyapa, ratusan bahkan ribuan mahasiswa yang sering berjumpa bersama, sahabat dekat selalu ada setiap suka dan duka tetapi semua itu akan menjadi angan untuk bersama selama 40 hari.

40 hari yang terbayang dan terbenak dalam fikiran begitu suram berada di wilayah orang tanpa ada yang di kenal, sanak saudarapun tiada, takut, sedih, galau, gimana dan gimana selalu bertanya – tanya di dalam dada setiap mahasiswa.


Baca Juga : Mahasiswa Bahasa Sastra Arab Iain Metro Meraih Juara II di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta - Bangga Jadi Mahasiswa Sastra

Kini waktu dan tanggal itu semakin mendekat hitungan bulan, minggu, hari, jam bahkan menit kini tak lagi di hiraukan karena semakin cepat terlewatkan dan rasa ini kini telah tiba saatnya, meninggalkan semuanya terdampar di pesisir barat di tepi samudera india yang tak pernah terbesit akan tinggal disana namun apalah daya karena ini merupakan tugas yang memang harus di jalani siap tak siap harus berangkat.

Besitan rasa yang menyesatkan tetap menghantui setiap kedipan mata, berangkat bersama yang satu sama lain pun tak saling kenal, meski satu kampus tapi tak pernah bertemu, dengan mengawali perjumpaan meski sebentar itu menjadi hal yang sangat berharga untuk mencari tahu dan saling mengenalkan diri untuk saling mengetahui, dengan perjumpaan yang singkat itupun tak cukup untuk mengenal dan memahami sesama, dan tak mampu menghapuskan semua rasa yang selalu menyelinap dalam fikiran, beritikad baik dengan sesama anggota itu merupakan langkah awal untuk memulai ikatan sesama teman untuk saling kenal, keberangkatan yang menjadi sebuah moment bersama, deraian ombak pun terdengar menerpa ruang suara.

Ketika tiba saat yang di nanti kini waktunya untuk menjalani, kuliah pengabdian masyarakat periode II ini kami di tempatkan di ujung dan jauh dari kampus, jarak tempuh dari kampus ke tempat KPM kami kurang lebih memakan waktu tempuh 7 sampai 8 jam, sehingga dalam menjalani KPM ini sangat wajar kalau selama KPM kami tidak bisa izin dengan alasan karena jauh.
Selain jauh tempatnya tempat KPM kami di periode II ini ada juga yang mendapatkan tempat masih sangat pelosok dan al hamdulillah saya beserta teman-teman baru saya mendapatkan tempat di pekon way jambu, dan disinilah saya dan teman-teman mengukir sejarah, membangun silaturrahmi yang lebih dekat selama 40 hari.

Dalam proses KPM ini sebenarnya bukanlah nilai semata dari desa yang kita tempati dan juga nilai dari pihak kampus yang menjadi tujuan terutama itu menambah hubungan kekeluargaan silaturrahmi dan seberapa fungsikah kita, seberapa manfaatkah kita, seberapa pedulikah kita di dalam masyarakat itu. Apalagi dengan waktu yang ammat singkat hanya 40 hari, memang sebelum berangkat terbenak di dalam pikiran kita betapa lamanya saya di negeri orang lain yang masyarakatnya semua berbeda, baik dari segi lingkungan hidup dan juga bahasa mereka, ketika waktu berjalan pikiran seperti ini nantinya akan menjadi sebuah kesan jika kalian merasakan betapa bahagianya berjumpa, bergaul, bermasyarakat dengan mereka yang sebelumnya tidak saling mengenal dengan kita tetapi mereka menyambut kita dengan kegembiraan dengan kekeluargaan dengan kasih sayang dan penuh perhatian dan ini terjadi di Pekon Way Jambu tempat saya dan kawan-kawan KPM.

          Pekon Way Jambu ini masyarakatnya subhanallah, mereka ramah dan juga mampu merangkul dan menjamu orang-orang baru yang datang di pekon  ini, bahkan saya sempat bertanya dengan salah satu masyarakat di Pekon Way Jambu ini “siapapun dek, yang datang ke pekon ini pasti berat buat ninggalin karena betah disini” ujarnya. Tetapi memang benar suatu kebanggaan dan ksenangan sendiri dalam jiwa dan nurani saya pribadi begitu juga deng rekan rekan KPM, apa yang kami rasakan memang sesuai dengan apa yang masyarakat disana ucapkan, terlebih lagi kami disana dijamin keamanannya, kenyamanannya selama 40 hari oleh Bapak Peratin Merah Bangsawan, yang dari awal kami datang sudah di sambut dengan ujaranya seperti itu.


Baca Juga : Wisata Kuliner - Sate Jamur dan Sosis Lapak Si Bujang Rasanya Luar biasa Passs !!!! 38 Batanghari - Lampung Timur
         
          Jadi selama 40 hari ini merupakan waktu yang sangat singkat ketika saya merasakan hidup bermasyarakat  merasa nyaman, betah seperti keluarga sendiri baik rekan-rekan KPM dan juga masyarakat sekitar bahkan saya anggap seperti keluarga semuanya, dan Pekon Way Jambu ini seperti kampung sendiri.
          Semoga penggalan cerita ini mampu mengginspirasi buat kalian semua yang membaca terutama buat mahasiswa yang munkin akan menjalankan KPM/KKN selanjutnya.

Creat by :  Roy A.w

Post a Comment

Silahkan beri masukan kritik dan saran terbaik-mu

Powered by Blogger.