Sepertinya, hari ini hari yang paling memilukan bagi rezim Jokowi. Ada dua badai yang menerpa Rezim Jokowi sehingga napasnya megap-megap. Mencari udara untuk meringankan beban jiwa yang semakin kentara.
Badai pertama, di luar negeri Selangor, Malaysia, terungkap rencana curang dengan ditemukannya surat suara yang telah tercoblos capres 01 dan caleg partai Nasem. Fakta ini menjadi bukti bahwa kecurangan dalam pilpres bukan isapan jempol belaka.
Badai kedua, di dalam negeri, akhirnya da’I yang digandrungi ummat, Ust Abdul Shomad (UAS) telah menyatakan dukungannya untuk Prabowo. Pernyataan ini membuat kubu sebelah ketar-ketir dan berpikir tentang The Figure Power yang ada dalam pribadi UAS. Apa yang akan terjadi dengan pengikutinya? Mereka pasti akan manut terhadap arahan tuan gurunya.
Yang lebih menarik lagi, ada pesan dan nasihat mendalam yang disampaikan UAS kepada Prabowo. Dalam nasihatnya, UAS menegaskan asas pijakan ulama yang tidak tergoda dengan sekerat tulang dunia bernama jabatan atau uang yang mengenyangkan.
UAS bilang jangan undang saya ke istana. Artinya, datangi ulama, jangan ulama yang suruh datang. Kemudian dalam kalimat lanjutannya UAS berkata, ‘Jangan beri saya jabatan. Makna tersiratnya, ‘Jangan jadikan ulama anak buahmu. Mereka adalah penasihatmu sekaligus atasanmu. Ulama bukan bawahanmu.’
Memang, sungguh miris dan terlecehkan posisi ulama, seandainya ulama hanya dijadikan alat untuk menarik suara umat islam. Menjadi bawahan yang manut dibawa dan disetting sedemikian rupa. You know sendiri lah, UAS dulu sempat diminta untuk menjadi cawapres, tapi beliau menolak dengan penuh ketawadhuan. Bukan tempatnya.
Saya berani memastikan, rezim sekarang berada di ambang ‘sakaratul maut.’ Kita tinggal menunggu hingga tanggal 17 April Nanti. Kita harus selalu memonitor dan menjaga TPS-TPS seluruh negeri. Jangan sampai kejadian di Selangor kembali terulang. Masa iya, pepatah orang tua, ‘tuntutlah ilmu hingga ke negeri sebarang’ kini menjadi ‘curanglah hingga ke negeri seberang.’ Di negeri seberang aja curang, bagaimana di dalam negerinya?
Yukk terus awasi proses pemilu. Meski kotak kardus, tak jadi soal. Tak sabar rasanya segera bersorak untuk merayakan kejatuhan rezim dzalim dan menggubah syair kemenangan yang terasa auranya.
Badai pertama, di luar negeri Selangor, Malaysia, terungkap rencana curang dengan ditemukannya surat suara yang telah tercoblos capres 01 dan caleg partai Nasem. Fakta ini menjadi bukti bahwa kecurangan dalam pilpres bukan isapan jempol belaka.
Badai kedua, di dalam negeri, akhirnya da’I yang digandrungi ummat, Ust Abdul Shomad (UAS) telah menyatakan dukungannya untuk Prabowo. Pernyataan ini membuat kubu sebelah ketar-ketir dan berpikir tentang The Figure Power yang ada dalam pribadi UAS. Apa yang akan terjadi dengan pengikutinya? Mereka pasti akan manut terhadap arahan tuan gurunya.
Yang lebih menarik lagi, ada pesan dan nasihat mendalam yang disampaikan UAS kepada Prabowo. Dalam nasihatnya, UAS menegaskan asas pijakan ulama yang tidak tergoda dengan sekerat tulang dunia bernama jabatan atau uang yang mengenyangkan.
UAS bilang jangan undang saya ke istana. Artinya, datangi ulama, jangan ulama yang suruh datang. Kemudian dalam kalimat lanjutannya UAS berkata, ‘Jangan beri saya jabatan. Makna tersiratnya, ‘Jangan jadikan ulama anak buahmu. Mereka adalah penasihatmu sekaligus atasanmu. Ulama bukan bawahanmu.’
Memang, sungguh miris dan terlecehkan posisi ulama, seandainya ulama hanya dijadikan alat untuk menarik suara umat islam. Menjadi bawahan yang manut dibawa dan disetting sedemikian rupa. You know sendiri lah, UAS dulu sempat diminta untuk menjadi cawapres, tapi beliau menolak dengan penuh ketawadhuan. Bukan tempatnya.
Saya berani memastikan, rezim sekarang berada di ambang ‘sakaratul maut.’ Kita tinggal menunggu hingga tanggal 17 April Nanti. Kita harus selalu memonitor dan menjaga TPS-TPS seluruh negeri. Jangan sampai kejadian di Selangor kembali terulang. Masa iya, pepatah orang tua, ‘tuntutlah ilmu hingga ke negeri sebarang’ kini menjadi ‘curanglah hingga ke negeri seberang.’ Di negeri seberang aja curang, bagaimana di dalam negerinya?
Yukk terus awasi proses pemilu. Meski kotak kardus, tak jadi soal. Tak sabar rasanya segera bersorak untuk merayakan kejatuhan rezim dzalim dan menggubah syair kemenangan yang terasa auranya.
Post a Comment
Silahkan beri masukan kritik dan saran terbaik-mu